Roh yang Kembali Mencari Janji Lorong istana sunyi, hanya gema langkah kaki yang berani mengusik keheningan yang menggantung seperti tirai...

Cerpen Seru: Roh Yang Kembali Mencari Janji Cerpen Seru: Roh Yang Kembali Mencari Janji

Cerpen Seru: Roh Yang Kembali Mencari Janji

Cerpen Seru: Roh Yang Kembali Mencari Janji

Roh yang Kembali Mencari Janji

Lorong istana sunyi, hanya gema langkah kaki yang berani mengusik keheningan yang menggantung seperti tirai sutra usang. Kabut tipis menyusup melalui jendela-jendela tinggi, menciptakan ilusi bayangan yang menari-nari di dinding berlumut. Di tengah lorong, seorang pria berdiri. Wajahnya tersembunyi di balik kerudung lebar, namun aura yang terpancar darinya begitu kuat, menggetarkan jiwa.

Dia berhenti di depan sebuah pintu besar berukir naga kembar. Di atasnya, tergantung plakat dengan tulisan kaligrafi indah: "Paviliun Anggrek Bulan."

"Sudah lama sekali," bisiknya, suaranya selembut desiran angin di antara bambu. "Akhirnya aku kembali."

Pintu berderit terbuka, memperlihatkan seorang wanita yang duduk di depan meja rias. Gaun sutra ungu yang dikenakannya berkilauan tertimpa cahaya rembulan. Wajahnya anggun, namun matanya menyimpan kesedihan yang mendalam.

"Kau...kau sudah kembali," ucapnya, nada suaranya bergetar. "Aku kira kau sudah mati, Li Wei."

Pria itu, Li Wei, membuka kerudungnya. Wajahnya pucat, dengan bekas luka yang membentang dari pelipis hingga pipi. Mata phoenix-nya menatap wanita itu dengan intensitas yang membuat wanita itu tersentak.

"Mati? Menurutmu aku bisa tenang beristirahat sementara janji belum tertunaikan, Mei Lan?" jawab Li Wei, bibirnya menyunggingkan senyum tipis. "Kau pikir aku lupa siapa yang mendorongku ke jurang itu?"

Mei Lan berdiri, gaunnya berdesir lembut. "Kau salah paham, Li Wei! Aku tidak pernah menyakitimu! Aku...aku selalu mencintaimu!"

"Cinta?" Li Wei tertawa hampa. "Cinta macam apa yang membuatmu menikahi adikku sehari setelah aku menghilang? Cinta macam apa yang membuatmu menikmati kekuasaan yang seharusnya menjadi milikku?"

Dia mendekat, langkahnya tenang namun mengancam. "Kau tahu, Mei Lan, aku menghabiskan bertahun-tahun di pengasingan, belajar ilmu hitam, bersekutu dengan para roh gunung. Aku kembali bukan untuk balas dendam...tapi untuk menagih janji."

Mei Lan mundur, terpojok di sudut ruangan. "Janji apa? Aku tidak mengerti."

Li Wei mengangkat tangannya. Kabut tebal tiba-tiba memenuhi ruangan, menelan cahaya rembulan. Bayangan-bayangan mengerikan menari-nari di sekeliling mereka.

"Janji yang kau buat di bawah pohon teratai saat bulan purnama," bisik Li Wei. "Janji untuk menyerahkan segalanya kepadaku jika aku bisa membawakanmu jantung naga. Kau ingat?"

Mei Lan menelan ludah. "Aku...aku tidak punya pilihan. Kau tahu, kan? Kaisar mengancam akan membunuh keluargaku jika aku menolak!"

"Kau selalu punya pilihan," kata Li Wei, suaranya sedingin es. "Kau memilih kekuasaan, Mei Lan. Dan sekarang...kau harus membayar harganya."

Dia menjentikkan jarinya. Bayangan-bayangan itu bergerak, mendekat ke Mei Lan. Wanita itu menjerit, namun suaranya tenggelam dalam kabut.

Li Wei berbalik, meninggalkan wanita itu dalam kegelapan. Dia berjalan kembali ke lorong istana, sosoknya perlahan menghilang ditelan kabut.

Sebelum benar-benar menghilang, dia berhenti sejenak dan berbisik, "Korban? Aku korbannya? Kalian semua salah...Aku yang menciptakan takdir ini, dan kalian semua hanyalah pion di dalamnya."

You Might Also Like: Distributor Kosmetik Peluang Usaha Ibu

0 Comments: