Pelukan yang Terjadi di Tengah Kuburan Dunia manusia meredup, digantikan oleh kabut dingin yang merayap dari antara nisan-nisan tua. Lilin...

Ini Baru Drama! Pelukan Yang Terjadi Di Tengah Kuburan Ini Baru Drama! Pelukan Yang Terjadi Di Tengah Kuburan

Ini Baru Drama! Pelukan Yang Terjadi Di Tengah Kuburan

Ini Baru Drama! Pelukan Yang Terjadi Di Tengah Kuburan

Pelukan yang Terjadi di Tengah Kuburan

Dunia manusia meredup, digantikan oleh kabut dingin yang merayap dari antara nisan-nisan tua. Lilin-lilin yang berbaris di tepi sungai berkedip-kedip, cahayanya menari di permukaan air bagai kunang-kunang yang tersesat. Ini bukan sekadar pemakaman biasa. Ini adalah gerbang antara dunia nyata dan alam arwah, tempat BAYANGAN berbisik dan bulan mengingat nama-nama yang telah hilang.

Aku, Lin Mei, terbangun di tengah kengerian ini. Tergeletak di atas tanah basah, napasku tersengal seperti ikan yang kehabisan air. Aku ingat... mobil, hujan deras, dan kemudian... ketiadaan. Apakah ini kematian?

"Selamat datang, Lin Mei," sebuah suara bergema, berat dan penuh kerinduan.

Aku menoleh. Sesosok pria berdiri di ambang kabut, wajahnya tersamar namun matanya bersinar dengan cahaya biru yang aneh. Dia mengenakan jubah sutra berwarna MIDNIGHT BLUE, berhiaskan sulaman naga perak yang berkelip bagai bintang.

"Siapa kau?" tanyaku, suaraku bergetar.

"Namaku... tidak penting. Yang penting adalah kau. Kematianmu di dunia lama bukanlah akhir, Lin Mei. Ini adalah AWAL."

Ia mengulurkan tangan, jari-jarinya panjang dan pucat. Sentuhannya bagai es namun membangkitkan ingatan-ingatan yang bukan milikku: kastil megah yang terapung di langit, pertempuran dahsyat melawan makhluk-makhluk kegelapan, dan cinta... cinta yang mendalam dan menyakitkan.

"Kau... kau mengenalku?"

Pria itu tersenyum, senyum pahit yang menyayat hati. "Lebih dari yang kau bayangkan. Kau adalah Putri Bulan, pewaris terakhir kekuatan cahaya."

Kemudian, dia membawaku ke dunia roh.

Di sana, realitas melengkung dan berubah. Pepohonan kuno berbisik rahasia dalam bahasa yang aku pahami tanpa belajar. Sungai mengalir dengan air mata peri. Dan di atas segalanya, bulan purnama menggantung, memancarkan cahaya perak yang menembus jiwaku.

Aku bertemu dengan arwah-arwah bijak yang memberiku petunjuk, makhluk-makhluk kegelapan yang mengincarku, dan seorang pemuda tampan bernama Wei, seorang prajurit penjaga yang sumpahnya adalah melindungiku.

Wei… matanya setajam pedang, namun hatinya dipenuhi kelembutan. Dia mengajariku bertarung, mengendalikan kekuatanku, dan yang terpenting, mencintai lagi. Namun, di tengah kebahagiaan ini, keraguan terus menghantuiku. Mengapa aku? Mengapa aku dipilih?

Lentera-lentera di sungai terus menyala, bayangan-bayangan terus berbisik. Mereka menceritakan kisah tentang pengkhianatan, tentang janji yang dilanggar, tentang cinta yang diubah menjadi kebencian. Aku mulai mengerti bahwa takdirku tidak sesederhana yang kukira.

Pria berjubah MIDNIGHT BLUE itu sering menemuiku, selalu dengan senyum misterius dan kata-kata yang menyesatkan. Dia mendorongku untuk menggunakan kekuatanku, untuk menghancurkan musuh-musuhku, untuk membalas dendam. Tapi... ada sesuatu yang terasa salah.

Akhirnya, aku menemukan kebenaran di dalam perpustakaan kuno yang dijaga oleh arwah-arwah buku. Buku-buku itu mengungkapkan bahwa pria berjubah MIDNIGHT BLUE bukan sekadar penolong. Dia adalah Dalang di balik semua ini. Dia yang membunuhku di dunia manusia, dia yang memanipulasi takdirku, dan dia yang haus akan kekuatanku.

Dia adalah Mantan Kekasihku, yang dikuasai oleh ambisi dan kegelapan. Cintanya telah berubah menjadi obsesi gila. Dia ingin mengendalikanku, bukan mencintaiku.

Pertempuran terakhir terjadi di kuburan tempat aku pertama kali terbangun. Wei berjuang di sisiku, matanya penuh tekad. Pria berjubah MIDNIGHT BLUE tertawa, suaranya bergema di antara nisan-nisan.

"Kau bodoh, Lin Mei! Kau pikir kau bisa mengalahkanku? Aku adalah takdirmu!"

Tapi dia salah. Aku bukan lagi Lin Mei yang lemah dan ketakutan. Aku adalah Putri Bulan, dan aku akan menentukan takdirku sendiri.

Pertempuran itu dahsyat, penuh dengan sihir dan pedang yang beradu. Pada akhirnya, dengan bantuan Wei dan arwah-arwah yang setia, aku berhasil mengalahkannya. Saat tubuhnya menghilang menjadi debu, aku merasakan kesedihan yang mendalam... tapi juga kelegaan.

Aku tahu, Wei telah mencintaiku dengan tulus, dia bukan Dalang yang haus kekuasaan.

Di kuburan yang diterangi cahaya bulan, Wei mendekat dan memelukku. Pelukannya hangat dan nyata, menghilangkan rasa dingin dari tulangku. Aku membalas pelukannya, hatiku dipenuhi kedamaian.

Siapa yang mencintai? Siapa yang memanipulasi takdir? Kebenaran telah terungkap. Namun, satu pertanyaan masih menggantung di udara:

Apakah ingatan adalah takdir, ataukah takdir adalah ingatan?

You Might Also Like: Reseller Skincare Jualan Online Mudah

0 Comments: