Aku Memeluk Musuhku, Karena Wajahnya Mirip Denganmu. Malam di Pegunungan Tian Shan terasa ABADI . Salju turun tanpa ampun, menutupi segala...

Dracin Terbaru: Aku Memeluk Musuhku, Karena Wajahnya Mirip Denganmu. Dracin Terbaru: Aku Memeluk Musuhku, Karena Wajahnya Mirip Denganmu.

Dracin Terbaru: Aku Memeluk Musuhku, Karena Wajahnya Mirip Denganmu.

Dracin Terbaru: Aku Memeluk Musuhku, Karena Wajahnya Mirip Denganmu.

Aku Memeluk Musuhku, Karena Wajahnya Mirip Denganmu.

Malam di Pegunungan Tian Shan terasa ABADI. Salju turun tanpa ampun, menutupi segalanya dengan lapisan putih dingin yang tak berdosa, menyembunyikan noda darah yang merayap seperti ular merah di atas kain kafan. Di kuil yang terpencil, dupa terbakar lemah, asapnya menari-nari mengelilingi dua sosok yang saling berhadapan.

Di satu sisi, berdiri Li Wei, seorang jenderal muda yang berlumuran debu dan amarah. Mata elangnya menyala dengan dendam yang membara, sorot matanya terpaku pada sosok di hadapannya.

Di sisi lain, berdiri Zhang He, seorang panglima perang yang dikenal kejam dan tanpa ampun. Namun, malam ini, ada keraguan yang tersirat di balik mata tajamnya. Wajahnya... bayangan wajah yang telah menghantui Li Wei selama bertahun-tahun.

"Kenapa?" desis Li Wei, suaranya serak dan nyaris tak terdengar di tengah deru angin. "Kenapa kau membunuh ayahku?"

Zhang He terdiam. Udara terasa berat, dipenuhi aroma dupa dan aroma logam yang amis. Akhirnya, dia membuka mulutnya, suaranya dalam dan bergetar, "Ayahmu... dia mengkhianati kekaisaran. Dia pantas mati."

KEBOHONGAN.

Li Wei mengepalkan tangannya. Ingatan tentang malam itu, malam ketika desa mereka dibakar, malam ketika dia melihat ayahnya dieksekusi di depan matanya, masih membara di benaknya. Zhang He... dia ADA di sana, dengan pedang berlumuran darah di tangannya.

"Kau berbohong!" teriak Li Wei, kemarahannya meledak seperti bom waktu. Dia menerjang maju, pedangnya terhunus, siap menebas.

Zhang He menyambut serangannya. Pertarungan mereka dimulai, tarian kematian di bawah tatapan dingin bintang-bintang. Pedang beradu, percikan api menari di udara, menerangi wajah mereka yang penuh kebencian dan kesedihan.

Di sela-sela tebasan pedang, Li Wei melihat kilasan di mata Zhang He... kesedihan yang sama yang menghantuinya setiap malam. Dan kemudian, dia menyadarinya. Bentuk wajah itu... senyum sinis itu... itu mengingatkannya pada...

Dia.

Lin Yue. Cinta pertamanya. Gadis yang diambil darinya, dibunuh dengan kejam oleh para pemberontak yang dipimpin oleh... ayah Li Wei sendiri.

Kebenaran menghantamnya seperti tsunami. Ayahnya... bukan pahlawan, tapi pengkhianat. Dan Zhang He... dia bukan monster, tapi korban. Korban yang kehilangan kekasihnya, sama seperti dirinya.

Pertarungan mereka berakhir dengan tiba-tiba. Li Wei menjatuhkan pedangnya. Dia menatap Zhang He, matanya dipenuhi air mata.

"Kenapa... kenapa kau tidak memberitahuku?" tanyanya, suaranya bergetar.

Zhang He menghela napas. "Aku tidak bisa. Rahasia ini... terlalu berbahaya. Terlalu banyak nyawa yang akan hancur."

Li Wei berjalan mendekat, mendekat, mendekat. Dia mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Zhang He. Kulitnya dingin, kasar, tapi familiar.

"Wajahmu..." bisiknya, "Wajahmu mirip dengannya."

Dia memeluk Zhang He, memeluk musuhnya, memeluk bayangan cintanya yang hilang. Di tengah keheningan malam, air mata mereka bercampur dengan salju.

Di atas abu masa lalu, mereka membuat janji. Janji untuk membalas dendam, bukan atas nama keluarga, tapi atas nama cinta. Balas dendam yang dingin, tenang, MEMATIKAN.

Dan di saat itulah, Li Wei tahu. Bahwa malam ini, dia tidak hanya memeluk musuhnya. Dia juga memeluk... takdirnya.

Tidak ada jalan kembali dari sini, bukan setelah kebenaran ini terungkap.

You Might Also Like: Agen Kosmetik Penghasilan Tambahan Kota

0 Comments: