Aku Berlutut di Hadapanmu, Tapi Hatiku Menolak Tunduk Langit senja di atas Kota Terlarang memerah darah, serupa amarah yang membara di dad...

Dracin Terbaru: Aku Berlutut Di Hadapanmu, Tapi Hatiku Menolak Tunduk Dracin Terbaru: Aku Berlutut Di Hadapanmu, Tapi Hatiku Menolak Tunduk

Dracin Terbaru: Aku Berlutut Di Hadapanmu, Tapi Hatiku Menolak Tunduk

Dracin Terbaru: Aku Berlutut Di Hadapanmu, Tapi Hatiku Menolak Tunduk

Aku Berlutut di Hadapanmu, Tapi Hatiku Menolak Tunduk

Langit senja di atas Kota Terlarang memerah darah, serupa amarah yang membara di dadaku. Di hadapanku, berdiri tegak Lin Wei, pria yang kuhormati lebih dari darah dagingku sendiri. Dulu. Sekarang, dia hanya bayangan dari masa lalu, seorang pengkhianat berbalut sutra keemasan.

"Xiao Xing," suaranya bagai belati yang dilapisi madu, "Berlututlah. Tunjukkan loyalitasmu pada Kaisar, pada aku."

Aku, Xiao Xing, Pangeran Pemberontak yang gagal. Tubuhku memang terikat rantai besi, lututku bergemeretak di atas lantai batu yang dingin, tapi HATIKU? TIDAK AKAN PERNAH!

"Aku... tidak akan pernah... tunduk padamu," desisku, ludah darah mewarnai bibirku.

Kami tumbuh bersama, Lin Wei dan aku. Sejak kecil, kami terikat persahabatan yang lebih kuat dari baja. Kami berbagi mimpi, rahasia, bahkan sumpah setia di bawah pohon sakura yang kini telah ditebang. Dia adalah otak, aku adalah pedang. Kami adalah SATU, sampai malam terkutuk itu.

"Kau tahu, Xiao Xing," Lin Wei mendekat, berjongkok hingga wajahnya sejajar denganku. Matanya, dulu penuh kehangatan, kini hanya memancarkan KEDINGINAN. "Kau selalu terlalu naif. Terlalu percaya."

Kata-katanya adalah teka-teki yang menyakitkan. Misteri mulai terkuak, lapisan demi lapisan, seperti kain sutra yang disobek paksa. Dulu, aku percaya bahwa Lin Wei adalah saudaraku. Dulu, aku percaya bahwa dia melakukan ini untuk melindungiku. Tapi sekarang...

"Siapa yang mengkhianati siapa, Lin Wei? AKU yang memberontak melawan Kaisar? Atau KAU yang mengkhianati sumpah kita?" tanyaku, suaraku serak namun penuh dengan tuduhan.

Senyum tipis menghiasi bibir Lin Wei. "Rahasia, Xiao Xing, adalah senjata terampuh. Dan AKU memiliki semua rahasiamu."

Malam itu, aku mengetahui kebenaran yang menghancurkan. Lin Wei, sahabatku, saudaraku, adalah dalang di balik semua intrik yang menjatuhkanku. Dialah yang membocorkan rencana pemberontakanku pada Kaisar. Dialah yang membunuh ibuku, wanita yang dia sebut 'bibi' dengan penuh hormat.

Dia melakukan ini... untuk kekuasaan. Untuk takhta yang seharusnya menjadi milikku.

"Kenapa?" tanyaku, air mata bercampur darah menetes di pipiku.

"KARENA AKU LAYAK MENDAPATKANNYA!" teriak Lin Wei, suaranya menggelegar di seluruh ruangan. "Kau terlalu lemah, Xiao Xing. Kau terlalu buta untuk melihat dunia yang kejam ini. AKU akan menjadi Kaisar yang mereka butuhkan. AKU akan membawa kedamaian dan kemakmuran."

Kedamaian? Kemakmuran? Dibangun di atas PENGKHIANATAN dan DARAH?

Tiba-tiba, aku merasakan sengatan yang membakar di dadaku. Lin Wei menikamku. Bukan dengan pedang, tapi dengan belati yang disembunyikannya di balik jubah kebesarannya.

"Kau... akan mati... di sini," katanya, suaranya bergetar.

Tapi aku tidak peduli. Aku sudah mati sejak lama. Sejak malam terkutuk itu. Sekarang, hanya ada satu yang tersisa: BALAS DENDAM.

Dengan sisa-sisa kekuatanku, aku meraih jubah Lin Wei dan menariknya mendekat. Aku berbisik di telinganya, kata-kata yang akan menghantuinya sampai akhir hayatnya.

"Kedamaianmu... akan menjadi abu..."

Aku tertawa. Tawa yang pahit, mengerikan, dan penuh dengan kebencian. Kemudian, kegelapan menyelimutiku.

Semoga... dia mengingat... janji yang... kami... buat... di bawah... pohon... sakura... yang... telah... mati...

You Might Also Like: Rahasia Sunscreen Mineral Lokal Dengan

0 Comments: